Gak ada kata yang cocok selain gelap, kejam, jahat, rasis dan kata-kata buruk lainnya untuk menggambarkan jalan cerita dari manga/anime Attack on Titan. Gak seperti manga/anime-anime Shonen pada umumnya, di mana kita sangat mudah untuk membedakan mana baik dan jahat, mana hitam dan putih, mana gelap dan terang, di Attack on Titan, semua itu tertutupi oleh ambiguitas moral yang ditunjukan oleh setiap karakter yang ada di dalamnya.
Ambiguitas moral itu bisa kita lihat dari karakter utama serial ini, Eren Yeager. Pada season awal, Eren digambarkan sebagai bocah ingusan, pemarah, labil, cengo dan pelanga-pelongo yang hidupnya merasa terkekang dan tertekan di dalam tembok di pulau Paradis akibat monster titan pemakan manusia yang berkeliaran di luar tembok. Rasa marah dan benci Eren terhadap titan semakin menjadi saat mereka menyerang, menghancurkan tembok dan memakan ibunya hidup-hidup. Sejak saat itu Eren bersumpah untuk menghabisi semua titan yang ada di luar tembok dan memberikan ‘kebebasan’ kepada seluruh umat manusia.
Namun seiring berjalannya waktu, makna ‘kebebasan’ yang Eren punya berubah dan bergeser setelah mengetahui sejarah dunia yang disembunyikan selama ini. Bahwa ada bangsa dan manusia lainnya yang berada di luar tembok, bahwa titan yang selama ini menyerang Paradis adalah senjata perang milik bangsa Marley yang beberapa diantaranya bisa dikendalikan oleh manusia, bahwa orang-orang yang tinggal di Paradis adalah sekelompok bangsa Eldia yang berhasil kabur saat kalah perang dari bangsa Marley, bangsa Eldia yang tidak berhasil kabur ke Paradis hidup di Liberio sebagai tahanan perang yang ditindas, dibenci dan didiskriminasi oleh orang-orang Marley sebagai bukti pertanggungjawaban atas kejahatan yang dilakukan oleh bangsa Eldia terhadap bangsa Marley di masa lalu.
Ternyata di masa lalu bangsa Eldia adalah bangsa yang superior karena mempunyai kekuatan titan sebagai senjata perang mereka. Akibat kekuatan yang absolut tersebut bangsa Eldia memperluas daerah kekuasaannya dengan cara menginvasi kerajaan-kerajaan kecil yang berada di sekitarnya lalu melakukan pembersihan etnis di luar etnis Eldia, dan salah satu korban dari kekejaman tersebut adalah Marley. Karena hal inilah bangsa Marley mempunyai dendam dan rasa benci terhadap Eldia dan menganggap semua keturunan Eldia adalah keturunan iblis.
Eren yang mengetahui hal tersebut merasa marah karena selama ini bangsanya disiksa, dibenci, ditindas dan didiskriminasi oleh Marley. Makna ‘kebebasan’ yang Eren kira pada awalnya hanya bisa didapatkan dengan membunuh dan menghabisi semua titan yang berada di luar tembok, berubah menjadi membunuh dan menghabisi seluruh umat manusia (kecuali Paradis), memutus rantai kebencian yang ada dan menciptakan ‘kebebasan’ yang baru dan benar-benar absolut. Iya, Eren mencoba untuk memutus rantai kebencian dengan kebencian yang baru.
Perang, diskriminasi ras dan pembersihan etnis adalah salah satu sisi gelap dari sejarah peradaban manusia. Apa yang berada di Attack on Titan sebenarnya merupakan representasi betapa mengerikan dan biadabnya manusia jika memiliki kekuasaan. Seperti yang dikatakan oleh mamang Lord Acton (1834–1902),
“Power tends to corrupt, absolute power corrupts absolutely”. Iya, kekuasaan cenderung merusak, kekuasaan yang mutlak merusak secara mutlak.
Persamaan-persamaan Attack on Titan dengan sejarah peradaban manusia tersebut bisa kita lihat pada saat perang dunia ke-2, saat Nazi naik ke tampuk kekuasaan di Jerman pada 1933, di mana tahun tersebut merupakan tahun pertama kali Nazi mendirikan kamp konsentrasi (Ghetto) untuk memisahkan dan memenjarakan kaum Yahudi, lawan politik, serta kaum-kaum yang dianggap inferior seperti homoseksual, orang Roma (Gipsi), sebagian bangsa Slavia (Rusia, Polandia dan lain-lain) dan penyandang cacat.
1. Ghetto
Ghetto sendiri merupakan istilah yang berasal dari nama perkampungan di Venesia tahun 1516 sebagai tempat di mana orang-orang Yahudi harus tinggal pada masa pemerintahan tersebut. Nazi, menggunakan Ghetto ini untuk menindas, mendiskriminasi, memisahkan dan mengisolasi kaum Yahudi dari ras asli Jerman serta simpatisan Nazi lainnya. Selama Holocaust, Ghetto digunakan Nazi sebagai alat kontrol untuk proses dehumanisasi dan pembunuhan massal kaum Yahudi.
di Attack on Titan sendiri, kaum Eldia yang hidup di Liberio dipisahkan dan didiskriminasi di barak pengungsian, mereka dijauhkan dan diisolasi dari penduduk asli Marley. Sama seperti kaum Yahudi, kaum Eldia pun sering mendapatkan penindasan dan diskriminasi dari warga Marley karena dianggap rendah dan hina.
Selain itu, mirip dengan kaum Yahudi di Jerman yang pada saat itu dipaksa untuk memakai penanda ban lengan, kaum Eldia di cerita Attack on Titan juga dipaksa untuk memakai ban lengan, yang tujuannya tidak lain dan tidak bukan adalah untuk menumbuhkan rasa malu karena terlahir sebagai Eldian atau keturunan iblis.
2. Rassenschande
Atau disebut juga “pencemaran ras” adalah sebuah konsep hukum di mana Nazi melarang warga asli Jerman (Arya) untuk berhubungan seks atau menikah dengan orang Yahudi (Non-Arya) dan menyatakan hal ini sebagai sebuah tindak kejahatan. Konsep Rassenschande ini dicantumkan dalam UU Nuremberg kedua, UU perlindungan darah dan kehormatan Jerman pada tahun 1935.
Kendati di UU Nuremberg hanya mencatut Yahudi secara spesifik, namun UU ini juga berlaku terhadap orang-orang kulit hitam dan Roma (Gipsi) yang tinggal di Jerman kala itu.
Konsep Rassenschande di Attack on Titan ini bisa kita lihat saat tokoh kesayangan Pak Haji, Reiner Braun kecil sedang didoktrin oleh Ibunya bahwa mereka adalah pendosa karena terlahir sebagai Eldian dan satu-satunya cara untuk menebus dosa tersebut adalah mengabdikan diri kepada Marley, oleh karena itu wajar jika Reiner tidak memiliki Ayah, karena Ayah Reiner sendiri adalah seorang Marleyan dan hubungan antar Marleyan dan Eldian sangat dilarang di Liberio.
Pelarangan hubungan antara Marleyan dan Eldian semakin jelas saat Reiner yang berhasil masuk ke militer, pergi menemui Ayahnya. Bukannya mendapatkan sambutan hangat dan ucapan selamat, justru yang didapat Reiner kecil adalah penolakan keras dari sang Ayah karena Reiner memiliki darah iblis seorang Eldian.
3. Honorary Aryan
Adalah sebuah status kehormatan yang diberikan kepada orang-orang atau kelompok tertentu di luar ras Arya atas jasa yang diberikan kepada Jerman baik berupa ekonomi, perang maupun politik.
Karena hal ini lah, banyak dari kaum Yahudi berlomba-lomba untuk menjadi bagian dari Honorary Aryan, meskipun harus nyepuin pengkhianatan saudara satu rasnya sendiri.
Pada Attack on Titan, gelar kehormatan Marley bisa didapat apabila para Eldian bisa menjadi prajurit yang berguna dan membanggakan bagi Marley. Contohnya Reiner dan Gabi yang mendapat gelar kehormatan setelah berhasil menjadi pewaris titan dan menjadi pahlawan perang. Status sosial mereka dan keluarganya akan dianggap setara dengan Marleyan dan dapat hidup dengan layak seperti Marleyan pada umumnya bahkan mungkin lebih sejahtera.
Atau Tybur Family, salah satu keluarga bangsawan Eldia yang mendapat gelar kehormatan bangsawan Marley karena berkhianat terhadap raja Karl Fritz (Raja Eldia Zaman dulu) dan membuat Marley berhasil memenangkan The Great Titan War dan merebut delapan kekuatan titan dari Eldia di masa lalu.
4. Propaganda
Setelah Nazi berhasil berkuasa pada tahun 1933, Hitler mendirikan Kementerian Pencerahan Publik dan Propaganda Reich dan menunjuk Joseph Goebbels untuk mengepalai kementerian tersebut.
Tujuan dari kementerian tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah untuk mendapatkan dukungan jutaan warga Jerman terhadap kediktatoran agar memudahkan persekusi, perang, dan pada akhirnya, genosida terhadap kaum Yahudi. Propaganda-propaganda tersebut mempunyai peran sentral dalam menyulut kebencian warga Jerman dan menciptakan sikap ketidakpedulian terhadap nasib kaum Yahudi baik melalui film, surat kabar, penutupan informasi pembataian massal dan lain-lain.
Di Attack on Titan, propaganda-propaganda dilakukan oleh Marleyan untuk mencuci otak para Eldian yang ada di Liberio/Benua Utama agar membenci saudara Eldian mereka di pulau Paradis dengan cara memberikan cerita-cerita pengkhianatan raja Karl Fritz dan sejarah kelam kerajaan Eldia di masa lalu yang menghancurkan kerajaan-kerajaan di sekitarnya untuk memperluas pengaruh dan kekuasaan.
Tujuannya adalah untuk mencegah bersatunya kaum Eldia di Liberio dengan kaum Eldia di pulau Paradis yang bisa mengancam pengaruh dan kekuasaan Marley di dunia.
Keberhasilan propaganda Marley bisa dilihat dari betapa bencinya kaum Eldia di Liberio/Benua utama terhadap kaum Eldia di pulau Paradis.
5. Penutup
Sekian cocoklogi sotoy yang udah dibuat, makasih udah baca ampe bawah, kagak capek apa lu?